Breaking News

Pelayanan BIAN Dinkes Kabupaten Bogor Tersebar di 5.030 Posyandu dan 29 RS

CIBINONG, (BS) – Untuk Meningkatkan Herd Immunity Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor melaksanakan kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)

Kegiatan tersebut resmi dimulai dan diresmikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Drg Mike Kaltarina MARS, pada tanggal 1 Agustus 2022 lalu di Puskesmas Cigombong dan langsung memantau kegiatan BIAN di Posyandu Siantan yang termasuk wilayah Puskesmas Cijeruk.

“Kegiatan BIAN ini memiliki manfaat memberikan perlindungan individu yang optimal pada penyakit Campak, Rubela, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan Polio,” terang Kadis Kesehatan.

Lebih lanjut Drg.Mike menyampaikan bahwa, Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) adalah merupakan kegiatan pemberian imunisasi tambahan Campak – Rubela dan pemberian imunisasi pada anak yang belum mendapat imunisasi lengkap polio tetes, polio suntik, atau DPT-HB-Hib.

“Kegiatan ini dilakukan karena adanya penurunan cakupan imunisasi rutin, baik itu imunisasi dasar maupun imunisasi lanjutan yang cukup signifikan. Sehingga jumlah anak – anak yang tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap sesuai usianya semakin bertambah banyak,” jelas Drg.Mike.

Photo: Pencanangan Kegiatan BIAN di Puskesmas Cigombong

Hal ini menyebabkan adanya peningkatan jumlah kasus Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) PD3I seperti Campak, Rubela dan Difteri di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Bogor dimana terjadi peningkatan Kasus Difteri pada tahun 2021 sebanyak 11 kasus.

Menurutnya,apabila cakupan imunisasi lengkap mencapai 95% di suatu daerah dan merata sampai tingkat desa/kelurahan, maka akan timbul perlindungan kelompok (herd Immunity) yang bermanfaat untuk melindungi anak – anak yang tidak boleh menerima imunisasi akibat kondisi kesehatannya dan juga mengurangi penularan penyakit pada kelompok usia dewasa.

Selain itu, kegiatan BIAN juga bertujuan untuk menghentikan transmisi virus campak dan rubela setempat (indigenous) di semua Kabupaten/kota di wilayah Indonesia pada tahun 2023 dan mendapatkan serifikat eliminasi campak dan rubela/CRS pada tahun 2026 dari SEARO (South East Asia Region), mempertahankan Indonesia bebas polio dan mewujudkan eradikasi Polio global pada tahun 2026, dan mengendalikan penyakit Difteri dan Pertusis.

” Nah untuk sasaran BIAN untuk Imunisasi tambahan campak rubela adalah anak usia 9 – 59 bulan, dan imunisasi kejar adalah anak usia 12 – 59 bulan. Dari hasil pendataan Puskesmas, sasaran BIAN Kabupaten Bogor ada + 360.000 anak.” Ujarnya.

Adapun tahapan pelaksanaan imunisasi dimulai pada Bulan agustus 2022 dengan pendataan sasaran rill oleh puskesmas dan dilaporkan/dientry di aplikasi dashboard ASIK pada halaman https://sehatindonesiaku.kemkes.go.id/imunisasinasional.

Sasaran imunisasi kejar adalah anak usia 12-59 bulan yang tidak/belum lengkap IPV dan DPT-HB-Hib dengan estimasi jumlah sasaran menggunakan indikator capaian imunisasi IPV dan DPT-HB-Hib Tahun 2018 s.d 2 dan Sasaran imunisasi campak dan rubella adalah usia 9-59 bulan dan dapat dilanjutkan pada bulan berikutnya sesuai interval.

Untuk tempat pelaksanaan BIAN Kabupaten BOGOR berada di 5.030 Posyandu dan 29 RS yang ada di wilayah Kabupaten Bogor.
Vaksin yang diberikan pada pelaksanaan BIAN adalah Vaksin Campak rubela yang diberikan tanpa memandang status imunisasinya, kemudian vaksin OPV (polio tetes) capaian 06 oktober 2022 62.38% , IPV (polio suntik) capaian 06 oktober 2022 53.65% dan DPT-HB-Hib capaian 06 oktober 2022 45.17% bagi anak yang belum lengkap imunisasinya.

Perlu diketahui beberapa efek samping yang biasa terjadi diantaranya demam ringan, ruam merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan. Anak yang mengalami demam setelah imunisasi bisa diberikan kompres air hangat, perbanyak minum air putih, istirahat dan berikan paracetamol sesuai dosis yang dianjurkan.

” Reaksi tersebut biasanya akan menghilang dalam 2-3 hari. Pastikan anak dalam kondisi sehat ketika akan diimunisasi, jika ada demam, maka pemberian imunisasi ditunda.” tutur Drg.Mike.

Exit mobile version